Thursday, April 10, 2014

My Unforgettable Journey: Ke Jakarta, Antara Pelesir atau Berkompetisi?

Bundaran Hotel Indonesia, disini saya cuma numpang lewat saja.
Tahun 2013, tepatnya pada bulan Juni. Saya beramai-ramai bersama tim yang tergabung dalam ANT 5 SC 3rd Generation —sebuah perusahaan siswa yang dikelola dan dijalankan oleh siswa-siswi pilihan SMK Negeri 5 Surabaya— berkesempatan bertandang ke ibukota Indonesia, Jakarta. Saya dan tim ke Jakarta dalam rangka mengikuti kompetisi perusahaan siswa se-Indonesia yang diadakan oleh Prestasi Junior Indonesia (PJI). Kami berhasil mewakili Jawa Timur, khususnya Surabaya dalam kompetisi tersebut. Namun, saya sebenarnya tidak menyebut kedatangan saya bersama tim ke Jakarta sebagai sebuah kompetisi, lebih cocok disebut pelesir berkedok kompetisi. Mengapa bisa disebut demikian? Karena, kami telah mempersiapkan rencana untuk berpelesir di sela tujuan utama kami untuk mengikuti kompetisi perusahaan siswa ini.
Kompetisi sekaligus pelesir ini selama empat hari satu malam terhitung mulai 19 Juni 2013 —malam— hingga 23 Juni 2013, kami habiskan untuk kegiatan. Satu malam dalam kereta menuju Jakarta. Hari pertama sesampai di Jakarta kami luangkan untuk prepare sebelum kompetisi berlansung. Dua hari berkompetisi di mall kenamaan di Jakarta. Dan hari terakhir digunakan untuk jalan-jalan singkat dan sorenya pulang ke Surabaya.
Terdapat beberapa hal menarik yang perlu diulas dan mayoritas merupakan sesuatu yang pertama kali saya lakukan dalam hidup yang telah saya jalani selama 16 tahun dan tentunya menjadi My Unforgettable Journey, diantaranya :

Spot untuk berfoto ria di Stasiun Gambir dengan latar belakang Monas.
  • Pertama kali naik kereta api dengan tujuan yang cukup jauh.
Merupakan hal pertama dalam hidup saya mengunjungi Jakarta menggunakan kereta api malam. Meskipun menempuh waktu yang cukup lama, namun perjalanan di kereta api terbayar lunas dengan kepuasan menapaki Stasiun Gambir, Jakarta. Pembina yang menemani kami ke Jakarta berteriak, "Ayo kesana kita foto-foto dengan latar Monas", selepas kami turun dari kereta. Memang di Stasiun Gambir terdapat sudut yang dapat digunakan bernasis ria dengan latar Monas. Ya emanglah, letaknya saja sudah sebelahan sama Monas. Trip ke Jakarta kali ini, merupakan kali kedua saya setelah terakhir kali menyambangi Jakarta saat Ziarah Wali Songo saat duduk di bangku sekolah dasar.
  • Pertama kali menginap di apartemen.
Puri Casablanca menjadi tempat tinggal sementara kami di Jakarta, letaknya yang dekat dengan venue lomba menjadi alasan memilih apartemen ini. Kesan norak, dan cenderung norak banget terlihat saat baru saja kami turun dari taksi. Rasa takjub tiada hentinya saat melihat apartemen ini, maklumlah ini pertama kali tinggal di apartemen, berasa anak gedongan dikit gitu. Entah di lantai apa saya lupa, pokoknya venue-nya keren. Iya keren, sejauh mata memandang hamparan pemakaman tersaji di depan mata. Hal ini, disebabkan karena letak apartemen yang berdekatan dengan beberapa pemakaman di daerah Casablanca, atau tepatnya TPU Menteng Pulo.

Puri Casblanca, tempat tinggal kami selama di Jakarta.
  • Pertama kali mandi di bath up.
Mungkin untuk poin ini tidak perlu dijelaskan secara panjang lebar, intinya bayangkan saja anda menjadi orang yang ditakdirkan mandi dengan gayung berevolusi menjadi berendam dengan bath up.
  • Pertama kali jualan di mall.
Balik ke topik, kompetisi perusahaan siswa. Pada kompetisi ini setiap finalis diharuskan untuk menjual beberapa produk yang telah dibuat oleh masing-masing perusahaan siswa. Untuk perusahaan siswa dari sekolah saya sendiri, khusus memproduksi dan menjual produk berbahan dasar jeans. Tas dari bahan jeans, misalnya. Biasanya kami menjual produk tersebut dengan berkeliling sekolah seharian atau ke beberapa taman kota di Surabaya. Tetapi spesial kompetisi nasional kami berjualan di Plaza Semanggi, kesan pertama saat mendengar Plaza Semanggi adalah suatu mall yang ditengahnya ada Balai Sarbini dan pasti ada konser musik. Dugaan kami ternyata zonk, karena pada saat kompetisi berlangsung Balai Sarbini terlihat sepi.

At least, kami bangga mampu menjajahkan produk kami di mall yang ramai dikunjungi rakyat gaul Jakarta, hingga akhir berjualan kami dapat mengumpulkan omzet yang lumayan hampir Rp 2 juta dalam kurun waktu dua hari saja, ini merupakan prestasi yang patut dibanggakan meskipun masih terdapat beberapa produk yang belum laku. But, it's okay-lah kami menikmati sensasi berjualan di mall. Terlebih lagi melihat ekspresi beberapa pengunjung yang antusias akan produk kami dan ada beberapa pembeli histeris yang membuat gimmick sesi jual-beli kami di Plaza Semanggi. Oh ya, kami berjualan di stand yang telah diberikan oleh panitia dengan konsep yang diambil dari booth cantik dan unyu ala Diana Rikasari, keren sih namun jauh dari ekspetasi kami sebelumnya.

Booth kami yang dipaksakan untuk tampil unyu, termasuk penjaganya.
  • Pertama kali makan nasi bubur dicampur mi instan.
Sekali lagi bayangkan bagaimana anda sedang memakan bubur dengan lauk mi instan. Ini semua kami lakukan semata-mata demi mengirit biaya pengeluaran kami selama berkompetisi dan menggunakan sisa dari pengiritan tersebut untuk mengunjungi beberapa objek wisata di Jakarta. Jalan-jalan. Dasar.
  • Pertama kali terdampar di jalanan Jakarta. 
Setelah kompetisi berakhir dan pemenang diumumkan. Kami pun berniat untuk kembali ke apartemen, setelah merapikan kembali stand jualan kami ke posisi awal yang bersih, putih, tak ternoda. Kami menenteng beberapa barang bawaan dari stand jualan yang layak untuk dibawa pulang. Keluar dari Plaza Semanggi, kami mulai menyetop beberapa taksi. Namun, banyak yang telah terisi penumpang dan bahkan ada yang menolak. Sungguh kejam sopir taksi di Jakarta. Kami berjalan ke depan kampus Atmajaya berusaha menanyai beberapa penduduk setempat, transportasi apa yang dapat ditumpangi agar dapat pulang ke apartemen. Mereka pun menyarankan kami untuk naik angkot, dan sama seperti nasib kami saat menyetop taksi. Banyak angkot yang terisi. Kami pun mulai putus asa apakah kami dapat kembali ke apartemen dan tidur nyenyak, badan kami sudah remuk atas rutinitas kompetisi yang seharian kami lakukan dari pagi hingga malam.

Hingga, turunlah 'ibu peri' dari sebuah bis Kopaja, beliau berprofesi sebagai pengamen atau terkadang menjadi joki 3-in-1. Kami pun diantarkan menuju arah angkot yang pasti mau menampung kami kembali ke apartemen. Dan benar saja, kami pun berhasil pulang dengan selamat dengan angkota yang disarankan oleh 'ibu peri' tersebut. Namun sebelumnya kami harus berjalan gontai dengan tentengan yang seabrek dari depan Plaza Semanggi hingga belokan menuju jalan Prof. Dr. Satrio. Jauhnya lumayan pake banget. Terima kasih 'ibu peri' yang lupa siapa namanya yang sudi mengantarkan kami hingga dapat tertidur lelap di apartemen kembali. Saat perjalanan pulang, di angkot kami iseng-iseng berfoto kondisi lalu lintas setempat. Kami dikejutkan dengan hasil protetan objek pemakaman yang full dengan orbs. Suasana pun berubah menjadi horor secara cepat.
  • Pertama kali ke Pasar Pagi Mangga Dua.
Di hari terakhir kami di Jakarta setelah berkompetisi, kami memutuskan untuk mengawali pelesir kami ke Pasar Pagi Mangga Dua atas rekomendasi pembina kami. Niatnya cuma beli oleh-oleh. Wajah kami pun sumringah membayangkan seperti apa pasar yang kami kunjungi apakah berbeda seperti di Surabaya atau entahlah kami terlampau jauh membayangkannya. Hingga kami berasa seperti jatuh dari lantai sepuluh saat melihat kondisi Pasar Pagi Mangga Dua yang tak jauh berbeda dengan Pasar Turi di Surabaya. Sudah dua kali zonk-momment saudara-saudara. Beberapa kantong belanja pun kami tenteng keluar dari pusat perbelanjaan ini dan siap kami bagi-bagikan sesampainya di Surabaya.

Di Seaworld, terlihat wajah-wajah penyesalan muda-mudi Surabaya.
  • Pertama kali ke Ancol.
Setelah penyesalan tiada akhir saat mengunjungi Pasar Pagi Mangga Dua. Kami pun terhibur atas ajakan pembina kami saat mengunjungi Ancol. Kami pun kembali membayangkan bagaimana kondisi Ancol, apakah sama seperti yang ada di sinetron atau ftv yang kami tonton. Spot pertama yang kami tuju adalah pantai. Pantai di Ancol tak jauh berbeda dengan Pantai Kenjeran di Surabaya, hanya saja pengelolaan di Ancol lebih tertata dan bersih dari tumpukan sampah. Kami yang bosan dengan pantai yang itu-itu saja pun lantas berputar-putar ke Ancol. Pasar Seni menjadi tujuan kedua kami, disini kami cuma numpang makan bungkusan yang kami beli. Ondel-ondel lengkap dengan pemusiknya menemani santap siang kami pada saat itu.

Selanjutnya kita menuju Sea World, kami pun mulai membayangkan bagaimana sensasi berjalan di tengah akuarium besar dikelilingi ikan-ikan yang renang dengan puasnya disekeliling kami. Horeee, kami sampai di Sea World. Lantas? Kami hanya numpang foto-foto saja. Nyesek. Waktu yang tak memungkinkan kami untuk menjelajahi dunia bawah air yang dikemas Seaworld. Zonk-momment ketiga kami ini pun kami tebus dengan berfoto-foto ria di seputar area Seaworld dan Gelanggang SamuderaSesampainya di Surabaya kami nyesek kuadrat saat teman-teman kami di Surabaya menanyakan foto kami, "Eh, kamu ke Seaworld ya? Pasti lihat ikan-ikan gitu?".
  • Pertama kali naik pesawat.
Untuk poin ini edisi tanpa zonk-momment. Ya, ini pertama kali saya dan tim naik pesawat, terkecuali pembina kami. Lupa kami naik dari terminal berapa saat di Soetta. Mungkin Tuhan telah menakdirkan kami untuk tidak benar-benar puas dalam pelesir kali ini, meskipun telah terlepas dari belenggu zonk-momment. Terbukti dari pesawat yang delay yang membuat kami terdampar di ruang tunggu, duduk-duduk di lantai dan ramai sendiri. Saat di pesawat pun saya dan beberapa teman mengalami jet lag, sungguh menyiksa perjalanan pulang kami.

At least, kita menjadi juara ketiga. /joget ubur-ubur/
Saat kembali tiba di Surabaya, tak hanya bungkusan pakaian kotor dan beberapa tentengan oleh-oleh yang kami bawa. Kami juga membawa predikat juara ketiga dalam kompetisi perusahaan siswa se-Indonesia ini. Cukup sampai disini cerita kekonyolan, keapesan, kebahagiaan, dan penderitaan kami selama di Jakarta, karena sesungguhnya masih banyak cerita yang tak dapat diceritakan disini dan lebih pantas dibuat ftv dengan judul "Ke Jakarta, Antara Pelesir dan Berkompetisi?". Yang saya kira akan laku keras bila ditayangkan, mungkin saja. Atau bahkan akan terjadi pengrusakan televisi secara massal. Entahlah. Saya juga pernah hampir saja ditipu penjaga warnet seputar Atmajaya saat mau nge-print brosur yang kehabisan. Masa iya, selembar full-color dihargai Rp 6ribu. Biasanya paling mahal itu mentok antara Rp 2ribu hingga Rp 4ribu. By the way, tulisan ini merupakan tulisan pertama saya yang diikutkan dalam sebuah giveaway.


8 comments:

  1. ealaaaah aq udah nulis panjang lebar malah ilang komennya, jadi lali tuh. hmmm arek iki emang puinter pool yo, menorehkan prestasi dimana2, jadi kalo dihitung udah dua kali ke jkt sama yg kemarin itu ya? bener gak? podo ae ambek suro lan boyo tho sama2 sumuk hehe. engga mejeng di tugu monasnya? aq seumur hidup di bogor durung weruh dolan nang monas hehe

    ReplyDelete
    Replies
    1. Ya sayang banget udah nulis panjang lebar eh egak ke-publish. Egak "puinter pool" kok aku mah masih biasa-biasa, no iam not. Kalau ke Jakarta dalam rangka kompetisi iya baru dua kali sama yang kemarin itu. Meskipun sama-sama sumuk, Jakarta punya sensasi sendiri buat dinikmati haha. Ayoo, dolan bareng:--) Hehe

      Delete
  2. Keren bisa pelesir sambil berprestasi, tapi sepertinya sekolah asalnya memang langganan prestasi bukan? :) Saya ke Jakarta tahun 2009 dan 2010 buat main-main aja, naik kreta ekonomi 24 jam dari Jember. Jam 5 pagi naik logawa dari Jember, nyampe Jogja jam 5 sore, ganti kreta Brantas, sampe Jatinegara jam 4 pagi. @_@

    ReplyDelete
    Replies
    1. Kebetulan keren aja, loh kakak tahu sekolahku? Waduh, ternyata sekolahku agak famous ya hehe. Kalo aku naik kereta seharian, pasti udah mati bosen, apalagi pake acara oper kereta. Naik sepuluh jam aja berasa seabad haha.

      Delete
  3. ahahaha...serba pertama kali ya mas, seruuu ;)
    makasih ya. sudah terdaftars ebagai peserta :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya ini mbak, makasih ya:--) Ditunggu pengumumannya.

      Delete
  4. Ih kereenn produk jeaniusnya, baru tqu loh kalo di SMK ada yg bikin perusahaan perusahaan kayak gitu.

    Congrats yaaah dapet juara 3 :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Makasih kak, program perusahaan siswa udah ada lama kok kak tapi cuma ada di beberapa kota aja yang ada cabang Prestasi Junior Indonesia-nya. Program perusahaan siswa ini sebenarnya juga program yang udah lama banget dikembangin sama induknya PJI, Junior Achievement Worldwide. Jadi tingkatnya udah dunia. Kalo semisal aja, perusahaan siswa aku ini juara 1, bisa jadi wakil Indonesia buat kompetisi tingkat Asia Pasifik. Sayangnya dewi fortuna belum memihak hehe. Buat kepo-in lebih lanjut, sama aktivitasnya cek di blognya: http://ant-5.blogspot.com/ #Promosi

      Delete